- Naskah Terbaik ke-10 Lomba Cerpen GMT Tema "CINTA" Februari 2016
Oleh : Ina Fatihatul Makiyyah
“Jika padamu tak kutemukan cinta, kepada siapa
kubawakan bunga.”
Kalimat itu yang selalu terdengar dan terlintas
difikiranku setelah membaca novel Asma Nadia kemarin malam, sangat membekas. Tak
terasa bulir-bulir air mata pun jatuh begitu saja bak hantaman ombak yang
menikam garis-garis pipi yang merah merona.
Aku tak pernah mengharapkan cinta ini, tapi Tuhan
beri aku cinta dengan sejuta rasa. Semula aku hanya datang menyapa cinta, tapi aku
malah asyik mengenal cinta dan tanpa kutahu cinta tak ingin lagi bicara. Dia
pergi membiarkan rasa yang membungkam di dada. Menggetarkan, memilukan. Saat
kuyakin cinta kan datang, kenyataanya cinta tak kunjung datang membawa balasan
rasa yang tengah kuberikan. Ah cinta, yang kudengar katanya cinta itu indah,
bisa memberi kekuatan, bisa memberi kebahagian. Tapi bagiku tidak! Aku berfikir
akan cinta, ah cinta. Hanya sebuah kata yang terdiri dari 5 huruf, C-I-N-T-A.
Tapi kenapa banyak sekali orang mendefinisikan cinta dengan berbagai makna,
bagiku cinta hanya ada satu makna. Saat kubilang cinta adalah bahagia, mengapa
masih ada hati yang terluka jika cinta itu bahagia. Saat kubilang cinta itu
menguatkan, kenapa masih ada insan yang lemah dengan cinta. Entah dari kapan
cinta ini datang, cintaku pada adam yang sudah lama dikagumi.
Sampai saat ini, rasa ini masih tetap sama. Rinduku
yang selalu membuncah dalam dada, rindu yang terbalut bisikan mesra saat ingin
kukatakan bahwa akumerindu, sayang yang terdalam walaupun akutak bisa
mengekspresikan sayangku padamu.
# # #
Bumi sedang menuangkan ekspresinya di pagi hari,
sinarnya mentari, kicauan burung-burung kenari, juga sepoi-sepoi angin yang
sedari tadi berlomba masuk ke kulitku ini seakan menunjuk dan berbisik gemas
memberitahu bahwa dirinya sedang bahagia.
Waktunya aku rehat dan berhenti dari aktivitas
kuliah di minggu ini.
Terdengar geletak tawa riang anak-anak kecil yang
tampak bahagia, bersenda gurau sambil menunggu dipanggilnya bagian tes mengaji
Al-quran oleh Abi di madrasah depan rumahku dan terlihat ibu yang sedang asyik memotong buncis di
halaman rumah sambil tersenyum manis melihat tingkah laku anak-anak itu.
Hpku tiba-tiba berdering dan seketika itu juga
pandanganku pada Abi dan Umi terhenti.
Aku langsung mengambil handphone yang kuletakan di
sampingku. Ada satu pemberitahuan pesan facebook
yang masuk dari temanku, Sofah.
Aku masih sibuk memegang handphone layar sentuh yang
saat ini mulai menjadi kebutuhanku, sekaligus menjadi teman baikku yang selalu
menemani kemanapun kupergi.
“Assalamu’alaikum
Saida…kaifa haluk? Gimana kuliahnya? J”
Spontan Aku langsung membalasnya dengan mengatakan
kabar baik.
Lalu tanganku menekan layar bernama ‘beranda’ yang
memuat kata-kata yang dikirim teman-temanku di facebook. Akuhanya memberikan tanggapan like saja tanpa membaca setiap kata yang tertulis di beranda.
Tapi pagi itu mataku melirik postingan dari
seseorang yang menurutku namanya tak asing lagi, dia merangkai kata dengan indah
hingga membuatku bertahan untuk terus membaca kata demi kata yang dia tulis.
“Saat bibir ini berkata cinta, Akutak tahu
jika cinta telah tiada. Saat Akusalah menanti, maka Akutak akan salah lagi
untuk mengenal. Dia telah dibawa bersama hembusan nafas lain yang Allah
pilihkan. Semoga cintakuini bukan sebuah nasib.”
Siapa lelaki ini? Terlihat dari foto profilnya, ada
sebuah foto keluarga yang terdiri dari 3 lelaki dan 2 perempuan.
Hmm…Sepertinya Aku
pernah melihat ibu ini!
Tanpa berfikir panjang, aku langsung melihat
statusnya, tanggal lahirnya, foto-fotonya dan kiriman-kiriman miliknya, kubaca
satu persatu dari tahun 2014,2013 dan sampai tahun 1990.
# # #
“Hey hey nanti kalian datang gak hari Minggu, ada
acara Rohis. Wajib loh katanya!” Kata Siti
“Ustadznya sama kakak yang ganteng itu, bukan? Kalau
sama dia sih, aku mau datang, ah!” celetuk Najiya.
“Haha…Aku juga belum tau, tapi mudah-mudahan iya sih
hahahaha” Sofah berharap
“Eh niatnya ko pada gituh sih? Be carefull loh, gengs!”
Timpal Siti meluruskan.
“Hehehe… habisnya dia idaman banget Sit, sholeh
kuadrat, plus ganteng kuadrat.” Jawab Sofah dengan semangat
“Uhh…dasar kalian hahaha siapa sih dia?” Nadaku
menyelidik.
“Denger-denger sih dia sekolah di Gontor. Sekarang
lagi libur panjang, dia juga anak dari salah satu guru di sini juga katanya
sih.” Jawab Najiya
Tiap hari, sahabatku selalu menceritakan topik
seputar lelaki itu, lelaki yang katanya idaman, apalagi Sofah yang sangat
antusias jika bercerita tentangnya.
Kami sudah lama bersahabat berempat, Najiya dengan kelicahan
dan sejuta pesonanya yang selalu memaksa kami harus berlaga pura-pura terpana
saat mendengar nyanyian lagu India yang keluar dari pita suaranya. Ada juga Siti
yang aktif di organisasi osis dan rohis, dia yang selalu tersenyum tulus dan
kalem. Dan ada juga Sofah teman sebangkuku dengan segala kecuekkan dalam
dirinya yang terpenting hidupnya bahagia,aman dan sentosa.Tapi disisi lain
mereka sangatlah baik, mereka sahabat sejati yang tak bisa kudapati lagi dimasa
nanti.
# # #
Aku tengah mengenang masa lalu! Teringat begitu saja
percakapan lama antara akudan sahabat-sahabatku. Cerita ini sudah lama. Lama
sekali, semenjak aku mengenakan putih biru tepatnya saat tujuh tahun yang lalu.
Aku segera menyadarkan diri dari nostalgia tadi. Tak
salah lagi. Dia adalah lelaki yang
selalu diceritakan sahabatku dulu, dia adalah lelaki yang banyak dikenal dan
selalu diceritakan oleh penduduk bumi, dia juga bagaikan pangeran dambaan para
wanita.
Lalu kuteruskan lagi membaca kiriman-kiriman facebooknya,
“Rindu Ibu dan
Ayah, jagalah mereka…”
“Aku disini
untuk berjuang, mencoba menerka setiap guratan kasih Allah.”
“Assalamu’alaikum
Ustadz, kapan pulang? Jangan berlama-lama dinegeri orang teman, banyak yang
merindukanmu termasuk Ibu dan Ayahmu. Semoga kamu disana baik-baik saja yah.
Cepat pulang ke Indonesia” Kiriman dari salah seorang teman
lelaki ini yang bernama Asraf Al Zubair.
Aku terus membaca setiap postingan miliknya, pagi
siang sore malam akuterus menyelidiki akunnya.
Kalau zaman sekarang sih…Stalking, bahasa gaulnya.
Hehehe
Terkadang aku menunggu setiap kiriman berandanya, aku
selalu bahagia saat dia sedang online. Dan aku selalu berharap bahwa dia akan
peka, setidaknya, dia mengenal dan membaca namaku, Saidatun Nafisah.
Dari membaca itu, maka aku semakin penasaran,
kukatakan bahwa aku ingin mengenalnya.
Saat cinta tak mengenal fisik, maka
inilah cintaku yang sama sekali aku tidak pernah bertemu. Saat ku tahu bahwa
jarak ini menjadi sekat, maka biarlah doa menjadi perekat walau aku tak pernah
tahu jodohku dirimu. Tapi aku sudah jatuh cinta pada satu nama. Namamu dengan
sejuta arif yang perkataanya selalu memuji Allah dan Rasul-Nya, Muhammad Attar!
# # #
Terlintas dibenakku, aku ingin memberi pesan salam
padanya, ingin lebih dekat denganya, tapi aku malu.
Aku malah nekat ingin mengirim sebuah tulisan, “
Akhi Attar, aku ingin halal bagimu.” Tapi tidak, aku tidak yakin dengan kirimanku
ini, apa bisa dengan cara itu aku bisa mengenalnya. Kuurungkan niatku untuk
mengenalnya dan mendekatinya. Terus bagaimana? Bagaimana aku bisa mengenalnya?
Caranya gimana? Aku masih berfikir mencari jalan. Waktu telah menunjukanku akan
artinya sabar dan menunggu. Tapi jika aku tak berkata maka aku kalah. Jika aku tak
mengungkap aku mengalah. Rasa ini sudah tak tertahan lagi, aku ingin dia tahu
bahwa aku ingin mencintainya saja, cukup mencintainya. Aku ingin dia bisa
menjadi imamku, penyempurna diriku karena aku tahu bahwa dia bisa menjadi
imamku dan keluarga kecilku kelak.
Sukses, terkirim!
Akusudah mengirimkan kalimat itu, ya kalimat itu.
“Akhi Attar, aku ingin halal bagimu.”
Karena aku tidak bisa menjadi Fatimah yang selalu
menyembunyikan cintanya pada Ali, tidak. Aku tidak bisa. Walau beribu malu,
tapi aku akan menerima konsekwensinya.
Masih terbayang akan seperti apa dia menjawab inboxku
ini. Akuberkelana jauh menebak-nebak jawaban apa yang akan diberikan pada
wanita yang telah lancang mengirim inbox seperti itu. Hufft..
[ BERSAMBUNG .....]
SOSIALKAN >>