Oleh: Dinda Realita Hawani (Kadep LPKA Generasi Madani Tasikmalaya)
Ujian apa yang membuat kita merasa paling menderita, paling berat bebannya, paling berliku jalannya, paling menjadi korban kehidupannya?
Mari mengingat, kisah Nabi Ayub a.s
Tentang ujian yang berkelindan dan susul menyusul : semua anaknya meninggal dunia, bisnisnya merosot tajam, kebunnya habis terbakar, yang paling kita ingat ujian sakit yang tak sebentar : bukan satu bulan atw satu tahun melainkan 18 tahun 🥺
Hingga sang istri menemukan titik titik lelahnya. Ikhtiar dilakukan, rambutnya hampir habis, sebab dijualnya untuk kemudian ditukar dengan roti sebagai makanan nabi ayub a.s
Dalam payahnya, sang istri berkata : "Wahai Ayub, bukankah kamu Nabi Allah, maka mintalah kepada Allah (untuk kesembuhanmu)."
Dalam payah yang lebih payah, lirih Nabi Ayub as : "Wahai istriku, saya malu kepada Allah, 70 tahun aku diberikan sehat dan baru 18 tahun aku diberikan sakit"
Betapa kesabarannya telah benar-benar Allah tempa, hingga kemilau cahaya.
Dan kesyukurannya begitu jernih, hingga hatinya teramat tenang tentang apa yang di takdirkan Allah, tanpa merasa kurang.
Dan Nabi Ayub mengatur doa, yang sederhana. Tanpa nada memerintah, dalam ungkapan sebenar benar berserah "Ya Rabb, aku sakit. Sedang Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."
Dan rasa-rasanya kita masih harus banyak belajar dan mengaca. Bukan perihal Nabi atau manusia biasa, tanpa kesungguhan dimata Allah dalam mengusaha.
Semangat, sabar & syukur dalam hal apapun💞
SOSIALKAN >>