Oleh : Fina Erpiani
Adalah harapan
yang mengubah orang lemah jadi kuat, adalah harapan yang mengubah orang malas
jadi giat, adalah harapan yang mengubah orang miskin jadi kaya, adalah harapan
yang mengubah negeri terjajah jadi merdeka dan adalah harapan pula yang
menceritakan kisah lalu. Bagaimana tidak? Banyak sekali waktu yang pergi namun meninggalkan jejak
yang nyata dan berharga.
Pahlawan
merupakan satu nama yang ditinggalkan waktu yang amat nyata dan berharga. Dalam
namanya tak hanya satu jiwa yang pernah singgah, dalam namanya tak hanya satu
kekuatan yang pernah berjuang, dalam namanya pula tak hanya satu sejarah yang
terlukis. Karena tidak seorang diri, alhasil Semua yang bersatu dan dapat
berkumpul sama kuat sama berjuang dan sama melukis cerita hingga akhirnya
terikat menjadi satu pada sebutan “pahlawan”.
Pahlawan itu
bukan hanya yang menyelamatkan negeri terjajah saja, melainkan menyelamatkan
penghuni negerinya juga, pahlawan pula bukan hanya yang menyelamatkan penghuni
negeri terjajah dari hunusan pedang, serangan
senjata, dan dentuman bom saja, melainkan ia juga menjadi petunjuk untuk
ruh-ruh penduduk suatu negerinya juga hingga ia mampu menyamakan langkah ke
jalan yang sama, satu jalan yang lurus, jalan yang yang hanya akan dilewati
oleh pahlawan-pahlawan syurga.
Seperti halnya
dia yang memiliki satu nama mengagumkan, ia yang zaman dahulu terlahir kedunia
menjadi panutan, ia yang dahulu melukis sejarah dengan sangat istimewa, dan ia
yang kini telah pergi dari kefanaan ini meninggalkan kerinduan yang amat dalam.
Ia sang pemilik nama mengagumkan.
Hadirnya tak
hanya di sambut senyuman orang terkasih, melainkan seisi dunia menyambutnya,
kesehariannya ia jalani dengan penuh kasih, penuh pengorbanan dan penuh
perjuangan, di atas nama cinta (read Dakwah) dia tak hanya mampu menjadi cahaya
bagi orang-orang terdekatnya tapi ia juga mampu menerangi dunia dan mengharumkannya.
Pernah pada
suatu kisah diceritakan, dia menjadi pahlawan untuk seorang pengemis buta yang
setiap saat menghinanya, mencaci dan bahkan mengatakan bahwa dia gila. Lalu apa
yang dia lakukan padanya saat mendengar semua hinaan pengemis buta itu? tak sedikitpun
dia mengkasarinya. Kasih sayangnya amat besar, setiap pagi dia senantiasa
memberinya makan tanpa memberitahu siapa dirinya agar pengemis buta itu tak
kelaparan. Dan dia melakukannya hingga menjelang ajalnya. Dia tak lain adalah
Rasulullah S.a.w. Setelah Rasulullah wafat barulah pengemis buta itu tahu bahwa
yang selama ini menolongnya dari kelaparan adalah dia yang selama itu pula ia
hinakan. Dan pada akhirnya pengemis buta itu menyesali perkataanya, serta
bersyahadat dihadapan sahabat Nabi S.a.w yakni Abu Bakar.
Menjadi seorang
pahlawan tak harus selalu dengan kekuatan, kegagahan, dapat mengalahkan
peperangan, ataupun berhasil membidik panah pada lawan. Akan tetapi menjadi
seorang pahlawan itu dapat pula dilakukan dengan kasih sayang yang disertai
kesabaran.
***
Pada generasi
muda, khususnya Generasi Madani Tasikmalaya. Bersiaplah tuk berdiri dibarisan
para pahlawan masa depan. Satukan tekad, dan satu persatu individu yang ada
didalamnya mulailah bersatu untuk menggapai tujuan yang satu. #TasikUrangBangunKuUrang
Hamasah GMT periode Lebih Berjiwa dan Lebih Mandiri.[]
Edited by staff
HLO
SOSIALKAN >>