Minggu, 06 Desember 2015

DONT SHARE IF...!

Posted By: GMT - 12/06/2015 10:23:00 PM

Oleh : Eli Nurlela Andriani 
Pagi siang malam, kita terbiasa hidup dengan: internet.
Bisa dikatakan warga Indonesia adalah “beruntung”, karena mereka dibebaskan oleh negara mengunduh dan menggunakan berbagai aplikasi yang disediakan internet, terutama sosial media. Amat berbeda dengan Negara China atau Hongkong yang sama sekali melarang facebook atau twitter, dan hanya memperbolehkan warganya berkomunikasi melalui email.
Namun karena kebebasan itulah, negara Indonesia menjadi negara yang paling konsumtif, dan selalu dijadikan sasaran utama market negara lain, termasuk masalah informasi. Bangsa Indonesia senang sekali mengonsumsi informasi yang bersipat unik aneh nyeleneh, hingga kadang berita hoax yang dimuat di media, mudah sekali dibagikan dalam akun pribadi hingga menimbulkan keresahan di masyarakata, termasuk berita teror-teror tidak jelas. Terlihat sekali, kita tidak ingin ketinggalan informasi, motif “aku tahu informasi ini” dan motif lainnya, menyebabkan kita tanpa pikir panjang meng-share berita-berita.
Jangan sembarangan nge-share berita, pesan, atau info lainnya. Budayakan dulu cek (tabayun), dong!
Misal dalam kasus beras plastik jaman dahulu kala itu, masih ingat? Kasus yang menghebohkan dunia maya dan lini pertelevisian Indonesia waktu itu benar-benar telah mengalihkan berbagai isu penting lainnya, dan menjadi pokok berita. Disajikan sebagai topik utama dalam berita pagi, siang dan malam. Rupanya tidak sampai seheboh itu, pada kenyataannya beras plastik yang diklaim berbahaya ini tidak sampai menyebar ke nusantara, karena sebagai kesalahan analisis. Itu bukanlah beras pelastik, melainkan beras yang telah tercampur zat kimia, tanpa sengaja tentu saja. Dampaknya, takut membeli beras, meresahkan.
Banyak berbagai berita lainnya yang tak utamakan keakuratan, semisal saat boomingnya berita terdamparnya pengungsi Myanmar di tanah air. Banyak berita berikut foto hoax menyebar di beranda facebook. Termasuk korban-korban bencana perang dan bencana alam.
Keberlimpahan informasi yang disediakan internet, seharusnya mampu membuat kita semakin bijak dan selektif dalam memilih berita dan membagikan berita. Jangan sampai kita menjadi agen yang mudah diperdaya oleh kekuatan media masa. Fasilitas whatsapp dan BBM yang lebih mudah membroadcast pesan, juga perlu diwaspadai. Jangan karena suatu broadcast kita ikut-ikutan, semisal broadcast ibadah tertentu yang ternyata tidak jelas dalilnya. Secara tidak langsung, kita telah menjadi sebab dari ibadah seseorang yang tanpa dalil.
Saat masuk sebuah informasi, lakukan crosscheck atas berita tersebut. Apakah pesan tersebut menyalahi syariat, berita bohong, atau dusta? Jika informasi tersebut berisi dusta, fitnah, dan keburukan, maka kita dengan membagikannya telah ikut-ikutan menjadi pendusta, tukang fitnah, dan orang tercela. Bukankah Rasulullah SAW telah mengisyaratkan untuk tidak menyampaikan segala yang kita dengar?
“Cukuplah seseorang telah berdosa, jika menyampaikan segala yang ia dengar.” (HR. Muslim).

Termasuk pula kita senang membagikan berita-berita tentang seseorang, entah itu tokoh masyarakat, artis, dan bahkan seseorang yang tak dikenal. Mungkin jika yang dibagikan bersipat positif, kebaikan, inspirasi, tidak menjadi hal yang terlarang. Tetapi ketika yang dibagikan adalah berita yang “orang yang diberitakan” pasti keberatan dan merasa tidak suka, maka itu menjadi berita yang menimbulkan dosa. Ternyata tidak sampai di sana, kita sering pula ikut memberikan berkomentar. Istilahnya mereka yang menjalani, kita yang mengomentari. Komentarnya sederhana, hanya celoteh ke teman kok!
“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir,” (QS. Qaaf: 18).
Jika tak segera menyudahi kebiasaan ini, kelak kita akan datang dalam keadaan yang diberitakan Allah sebagai pembawa berita bohong, yang digolongkan fasik.
“(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut. Kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar”. (QS. An Nur : 15).
Nah, jadi mesti bagaimana ya jika kita dihadapkan pada sebuah berita yang masih pro kontra kebenarannya. Jangan mentang-mentang berita tersebut disajikan oleh media yang kredibel atau apapun, sehingga menggoyahkan keimanan kita dan menimbulkan prasangka yang bukan-bukan lho. Tetaplah waspada, jangan sampai kita umat islam dipecah belah oleh isu-isu, semisal isu islam nusantara, isu wahabi, dan sederet isu lainnya. Keep calm! Dont share it, if it make new trouble. Nanti menyesal! Ikuti dan tabayunkan, jika ia adalah saudara kita maka temui dan luruskan, jika ia yang membawa berita adalah orang fasik maka telitilah.
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (QS. Al Hujurat: 6). Wallahu ‘alam bishawab! (Az).


Oleh: GMT - 12/06/2015 10:23:00 PM WIB

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2012-2017 All Rights Reserved

Theme by Templatezy | Modified by Dudi Dahmanto