Oleh : Eli Nurlela Andriani
Pagi siang
malam, kita terbiasa hidup dengan: internet.
Bisa dikatakan
warga Indonesia adalah “beruntung”, karena mereka dibebaskan oleh negara
mengunduh dan menggunakan berbagai aplikasi yang disediakan internet, terutama
sosial media. Amat berbeda dengan Negara China atau Hongkong yang sama sekali
melarang facebook atau twitter, dan hanya memperbolehkan warganya berkomunikasi
melalui email.
Namun karena
kebebasan itulah, negara Indonesia menjadi negara yang paling konsumtif, dan
selalu dijadikan sasaran utama market negara lain, termasuk masalah informasi.
Bangsa Indonesia senang sekali mengonsumsi informasi yang bersipat unik aneh nyeleneh, hingga kadang berita hoax yang
dimuat di media, mudah sekali dibagikan dalam akun pribadi hingga menimbulkan
keresahan di masyarakata, termasuk berita teror-teror tidak jelas. Terlihat
sekali, kita tidak ingin ketinggalan informasi, motif “aku tahu informasi ini”
dan motif lainnya, menyebabkan kita tanpa pikir panjang meng-share
berita-berita.
Jangan sembarangan
nge-share berita, pesan, atau info
lainnya. Budayakan dulu cek (tabayun), dong!
Misal dalam
kasus beras plastik jaman dahulu kala itu, masih ingat? Kasus yang menghebohkan
dunia maya dan lini pertelevisian Indonesia waktu itu benar-benar telah
mengalihkan berbagai isu penting lainnya, dan menjadi pokok berita. Disajikan
sebagai topik utama dalam berita pagi, siang dan malam. Rupanya tidak sampai
seheboh itu, pada kenyataannya beras plastik yang diklaim berbahaya ini tidak
sampai menyebar ke nusantara, karena sebagai kesalahan analisis. Itu bukanlah
beras pelastik, melainkan beras yang telah tercampur zat kimia, tanpa sengaja
tentu saja. Dampaknya, takut membeli beras, meresahkan.
Banyak berbagai
berita lainnya yang tak utamakan keakuratan, semisal saat boomingnya berita
terdamparnya pengungsi Myanmar di tanah air. Banyak berita berikut foto hoax
menyebar di beranda facebook. Termasuk korban-korban bencana perang dan bencana
alam.
Keberlimpahan
informasi yang disediakan internet, seharusnya mampu membuat kita semakin bijak
dan selektif dalam memilih berita dan membagikan berita. Jangan sampai kita
menjadi agen yang mudah diperdaya oleh kekuatan media masa. Fasilitas whatsapp
dan BBM yang lebih mudah membroadcast
pesan, juga perlu diwaspadai. Jangan karena suatu broadcast kita ikut-ikutan,
semisal broadcast ibadah tertentu
yang ternyata tidak jelas dalilnya. Secara tidak langsung, kita telah menjadi
sebab dari ibadah seseorang yang tanpa dalil.
Saat masuk
sebuah informasi, lakukan crosscheck atas berita tersebut. Apakah pesan
tersebut menyalahi syariat, berita bohong, atau dusta? Jika informasi tersebut
berisi dusta, fitnah, dan keburukan, maka kita dengan membagikannya telah
ikut-ikutan menjadi pendusta, tukang fitnah, dan orang tercela. Bukankah Rasulullah
SAW telah mengisyaratkan untuk tidak menyampaikan segala yang kita dengar?
“Cukuplah seseorang
telah berdosa, jika menyampaikan segala yang ia dengar.” (HR. Muslim).
Termasuk pula
kita senang membagikan berita-berita tentang seseorang, entah itu tokoh
masyarakat, artis, dan bahkan seseorang yang tak dikenal. Mungkin jika yang
dibagikan bersipat positif, kebaikan, inspirasi, tidak menjadi hal yang
terlarang. Tetapi ketika yang dibagikan adalah berita yang “orang yang
diberitakan” pasti keberatan dan merasa tidak suka, maka itu menjadi berita
yang menimbulkan dosa. Ternyata tidak sampai di sana, kita sering pula ikut
memberikan berkomentar. Istilahnya mereka yang menjalani, kita yang
mengomentari. Komentarnya sederhana, hanya celoteh ke teman kok!
“Tiada suatu
ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang
selalu hadir,” (QS. Qaaf: 18).
Jika tak segera
menyudahi kebiasaan ini, kelak kita akan datang dalam keadaan yang diberitakan
Allah sebagai pembawa berita bohong, yang digolongkan fasik.
“(Ingatlah)
di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut. Kamu katakan
dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya
suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar”. (QS. An Nur
: 15).
Nah, jadi mesti
bagaimana ya jika kita dihadapkan pada sebuah berita yang masih pro kontra
kebenarannya. Jangan mentang-mentang berita tersebut disajikan oleh media yang
kredibel atau apapun, sehingga menggoyahkan keimanan kita dan menimbulkan
prasangka yang bukan-bukan lho.
Tetaplah waspada, jangan sampai kita umat islam dipecah belah oleh isu-isu,
semisal isu islam nusantara, isu wahabi, dan sederet isu lainnya. Keep calm! Dont share it, if it make new
trouble. Nanti menyesal! Ikuti dan tabayunkan, jika ia adalah saudara kita
maka temui dan luruskan, jika ia yang membawa berita adalah orang fasik maka
telitilah.
“Hai orang-orang yang beriman, jika
datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan
teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.
(QS. Al Hujurat: 6).
Wallahu ‘alam bishawab! (Az).
SOSIALKAN >>